Pages

Social Icons

Beranda

Saturday 20 April 2013

Cerpen : Kelopak Mawar yang Jatuh

Terimakasih Atas Kunjungannya :-)
Thanks For Visiting My Blog


Kelopak Mawar yang Jatuh

“ Apapun, aku relakan demi cintaku untukmu  ”
Pagi ini,matahari masih enggan-enggannya muncul dari balik peraduannya. Ayam jantan masih bermalasan menyeruakkan suaranya nan merdu dan elok karena masih ingin mengatupkan matanya untuk mencari makan siang terik nanti. Tiap pagi, kayuhan sepeda tua dan usang itu selalu terdengar saat laki-laki muda itu menuju tempat dimana ia menimba ilmu. Menyusuri jalanan dengan mengepakkan senyuman hangat yang selalu ia kembangkan saat berpapasan dengan orang dijalan.
Namanya tak asing lagi ditelingga anak-anak sekolah SMA Harapan Bangsa. Seseorang yang sangat lekat dengan setumpuk kertas yang beradu jadi satu menjadi sebuah karya dari berbagai ilmuwan di seluruh dunia yang selalu ia bawa kemana pun ia pergi. Setiap haripun buku itu selalu berganti cover dan judul. Ya, si aneh kutu buku julukan dari teman sebayanya. Nama aslinya adalah Reza Aprianto. Seorang yang selalu pendiam dan bergelut dengan buku-buku bacaan. Dia hanya makan dengan sebuah buku tiap harinya, dengan kacamata kuda bejibun minus ia pake tiap hari. Sebenarnya dia memiliki wajah yang rupawan menarik perhatian. Namun sayang beribu sayang, tak ada satu gadis pun yang kecanthol dengan dia. Hingga Diaz seorang gadis yang berparas cantik , namun tingkahnya yang liar menjadikan nilai negatif bagi teman-temannya itu juga menolaknya karena penampilan Reza yang seperti misterius. Diaz adalah satusatunya wanita yang selalu ia puja dan bangga-banggakan. Sudah sekian lama Reza mencintai gadis itu, namun tiada keberanian yang kuat untuk menyatakan cintanya itu kepada Diaz. Cinta suci, penuh arti tersimpan dan tertata rapi jauh didalam lubuk hati Reza. Gadis yang ia taksir sejak ia duduk dibangku kelas 1 SMP.
Bulan Nopember,
Bel tanda masuk pelajaran dimulaipun berdendang, seperti biasa Reza selalu menyempatkan dirinya melirik sang pujaan hatinya Diaz di salah satu bangku yang kebetulan sebangku dengannya. Reza selalu mendapatkan nilai tertinggi dikelasnya sedangkan Diaz selalu mendapatkan nilai terendah dikelasnya. Hari ini akan diadakan ulangan Biologi, sama sekali Diaz belum belajar. Dengan segera dia pindah tempat duduk menuju tempat duduk kosong dekat Reza. Dengan hati yang senang dan berbunga-bunga, Reza mempersilahkan sang bunga hatinya untuk duduk di dekatnya.
“ Ulangan Bioologi nanti lo harus nyontekin gue! Kalau nggak, gue gapar lo! “ , kata Diaz
“Baiklah saying, apapun gue lakukan demi lo”
Suara tawa renyah seketika memenuhi seluruh isi kelas. HA..HA..HA
Pak Tomo ,guru Biologi yang terkenal garangpun masuk dengan sumringah.
“Anak-anak, keluarkan selembar kertas dan peralatan menulis kalian!”
Ulanganpun dimulai. Dengan sigap Diaz terus-terusan menyontek jawaban Reza. Namun, Reza tetap membiarkannya karena Diaz merupakan pujaan hati yang selama ini dia tunggu. Seketika,
“ Diaz, keluar kamu sekarang juga dari ruangan ini!”
“ Tapi , Pak. Saya pengen tetap ikut ulangan ini ”
“ Diaz, keluar kamu sekarang! “
“ Biar saya saja yang keluar, Pak” , seru Reza membela
“ Apa yang kamu lakukan Reza?”
“ Saya rela demi apapun untuk Diaz”
Huuuuuuuuuuuuu.. Seruan sorakan pun terdengar memecah keheningan di dalam kelas.
“ Baiklah, kalian berdua yang harus keluar!”
Dengan enteng, Diaz keluar kelas dan disusul Reza di belakangnya.

Bulan Desember,
Bulan pun berganti, Reza tidak akan pernah merobek kenangannya bersama Diaz di dalam memori nya. Gadis yang ia cintainya. Seperti biasa, Diaz membuat ulah, pagi ini dia sengaja mengumpulkan teman-teman se-geng nya untuk mengadakan tawuran dengan SMA lain istirahat nanti. Pada awal pelajaran dimulai Diaz mbolos dan lebih memilih makan di kantin.
Bel waktu istirahatpun berbunyi, dengan segera Diaz mengajak teman-temannya keluar sekolah dan siap untuk tawuran dengan siswa SMA lain. Tawuran pun berlangsung dengan sengit. Tanpa Diaz sadari sejumlah guru dari SMA-nya berhasil mengetahui dan memanggil Diaz menghadap Kepala Sekolah. Dan akhirnya, apa yang tidak ia inginkanpun terjadi. Skorsing 1 minggu
Selama skors Diaz berlangsung, Reza selalu ke rumahnya untuk membuatkan catatan-catatan pelajaran untuk Diaz. Bahkan dengan setianya , Reza selalu mengajari Diaz setiap dia selesai menyalinkan catatan untuk Diaz.
“ ngga usah lo susah payah kayak gini buat gue! Ngga ada gunanya!”
“ aku akan lakukan ini untuk mu, Aku sangat mencintaimu! “
“ Hahaha, Cuma karena cinta kamu rela seperti ini? Dasar Bodoh! Gue ngga akan nrima lo seandainya lo nembak gue “
“ Tapi Di, aku sangat mencintaimu “


Hari yang tidak diharapkan Diaz pun berakhir hari ini. Skorsing telah berakhir, senyumannya mengembang satu senti kekanan dan satu senti ke kiri. Dia kembali duduk di bangku kelas yang sangat ia rindukan. Kali ini, Reza tampak canggung melihat Diaz. Bukan malu ataupun hal lain, namun ia akan membuat strategi jitu untuk meluluhkan hati sang gadis impiannya. Bunyi bel istirahat berdendang memecahkan gendang telinga, Diaz duduk di sebuah bangku bercat putih di tengah taman luas, asri indah dan permai di sekolahnya. Tempat favorit Diaz dan juga teman-temannya. Dari balik tembok usang, Reza memperhatikan gadis itu dengan saksama dan penuh kasih sayang. Hari ini, Reza merelakan untuk tidak membaca buku bacaannya yang selalu menjadi teman bahkan makanan kesehariannya.
Dia mencoba menulis sebuah untaian kata-kata yang terajut dalam sebuah kalimat hingga menghasilkan suatu karya yang indah. Tulisan yang ia tulis dengan sepenuh hati dengan memperhatikan wajah manis Diaz.

Seandainya kata bisa bicara
Lebih jelas dari hanya sekedar kata
Mungkin aku tak perlu lagi membuat puisi cinta untukmu
Maka izinkanlah goresan tinta
Bicara lebih banyak tentang apa yang tersimpan
Tentang rasa yang ada dalam dada
Aku merasa seperti menginjak bumi pertama kali
Saat bertemu denganmu
Rambut yang indah
Mata yang mempesona
Bibir yang manis
Sebuah kesan yang begitu menggoda darimu
Dan, rasa ini pun lahir
Yang tak bisa terbaca dengan kata-kata
Yang mengusik hati dan pikiran
Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh
Berbincang tentang apapun
Dan menertawakan hembusan angin yang selalu bersama
Tidakkah aku aneh bagimu?
Aku mencoba menebak rembulan
Pun meleset, setidaknya kudapatkan sepotong bintang
Seandainya cintaku hanya bertepuk sebelah tangan
Setidaknya aku telah jujur mengungkapkannya padamu
Dan, apapun aku relakan demi cintaku untukmu
Walaupun , sendainya kamu tidak menyadari ketulusan pengorbananku






Puisi itu, akan Reza persembahkan untuk Diaz.

12 – 12 – 2012
Hari ini, adalah hari libur semester gasal. Reza memiliki sebuah harapan dimana dia akan menyatakan cintanya untuk Diaz. Pagi buta, dia sudah bangun untuk membuka kembali puisi yang telah ia rangkai dengan lembut tulusnya. Di masukkannya tulisan itu di dalam sebuah kotak kecil berbentuk hati berwarna merah muda. Ia kayuh sepeda tua usangnya dan kemudian mengarah ke sebuah toko dimana tercium wewangian semerbak yang membikin hati siapa saja dapat menikmati sebuah ketentraman dalam hati baik yang sedang dilanda kegembiraan maupun kegalauan.
Setangkai bunga mawar merah segar yang Reza pilih untuk sebuah tanda cintanya untuk Diaz. Sebuah tanda pengorbanan yang ia berikan untuk Diaz calon kekasih hatinya. Kemudian , dia arahkan kayuhan sepeda tua menuju salah satu toko aksesoris. Dia akan membelikan Diaz sebuah pengikat rambut yang cantik nan lucu. “ Diaz , semoga kau tidak melihat pemberianku ini dari nilainya. Namun kamu harus melihat pemberianku ini dari ketulusan hatiku saat aku memberikannya untukmu. Sebuah penjerat rambut ini aku lukiskan menjadi sebuah benda yang akan selalu kamu kenakan saat kita akan berkencan nanti “ , sederet ucapan dari hati Reza. Sebuah jepit rambut berwarna biru dengan hiasan seekor kupu-kupu plastic kecil yang menambah cantik penampilannya.
Reza bergegas kembali ke rumah untuk memoles dirinya. Ia kenakan kemeja kesayangannya pemberian dari neneknya saat ia masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Sudah lama ia tidak kenakan kemeja itu karena ngga ada satu alasanpun agardia memakainya. Dengan celana jeans hitam yang using pula ia pakai. Ia sisir rambut hitam lurusnya dengan rapi. Berulang kali ia mematutkan diri di depan cermin. Ia sangat yakin Diaz akan menerima cintanya nanti.
Matahari terik menyengat kulit setiap otang yang ada di bawahnya. Reza mengayuh kembali sepeda tuanya. Perasaan Reza kini menjadi bercampur aduk menjadi satu. Seorang Reza yang awalnya terlihat misterius dengan santapan buku setiap detiknya, kini berubah menjadi Reza yang memiliki wajah yang tampan , tinggi , putih dan maco. Beberapa langkah lagi dia akan sampai di rumah Diaz. Sesampainya di depan pintu gerbang perumahan Diaz, ia berhenti sesaat untuk memantapkan hatinya. Disapanya satpam penjaga pintu dengan wajah rupawannya.
Tiba-tiba, Hitam.. gelap .. pekat.. sakit.. semuanya berubah menjadi menyeramkan. Suasana itu begitu membuatku takut, membuat air mataku tumpah. Keadaan yang tadinya cerah berubah menjadi mendengung dengan petir yang membuat semua orang merasa tegang. Pandanganya seolah-olah kabur dan lamat-lama ia perhatikan  sebuah truck dengan kecepatan tinggi menghantam tubuhnya hingga sepeda tua kesayangannya remuk dan hancur berkeping-keping. Tubuhnya terpelanting hingga depan rumah Diaz. Kepalanya terbentur aspal cukup keras.
Diaz lari menghampiri tubuh Reza yang penuh dengan darah yang mengalir dari belakang kepalanya. Wajahnya penuh dengan darah dan luka yang menyayat seluruh pipinya. Wajah tampan Reza berubah menjadi memprihatinkan an menyedihkan. Air matapun jatuh dari matanya yang cantik itu. Air mata hangat dan penuh penyesalan meluncur bebas , mengalir dari pipi Diaz. Ia memeluk erat tubuh Reza yang bersimbah darah dan lemas itu. Banyak orang yang tengah datang menghampiri mereka berdua.
“ Rezaaaaaaaaaaaaa, maafkan aku “ sebuah kalimat penyesalan yang membuat seluruh orang yang menyaksikannya ikut meneteskan sebuah air mata duka.

Diaz baru menyadari adanya sebuah  bingkisan berwarna merah muda dan setangkai mawar merah tergenggam erat di tangan Reza. Di dalamnya terdapat sebuah kotak persegi biru kecil dan  kotak berbentuk hati berwarna merah muda. Perlahan-lahan ia buka kotak demi kotak dengan hati-hati. Ia temukan sebuah jepit rambut berwarna biru dan secarik puisi di dalam masing-masing kotak. Ia baca kata demi kata, kalimat demi kalimat serta bait demi bait puisi yang menggambarkan perasaan hati Reza kepada Diaz. Air mata Diaz kembali mengalir deras membanjiri pipinya. Ia menyesal telah menghiraukan Reza bahkan pernah ia mencaci-maki Reza. Ia telah menyia-nyiakan pengorbanan yang telah Reza berikan untuknya. Pengorbanan demi cintanya untuk Diaz, pengorbanan yang tulus keluar dari lubuk hati seorang kutu buku bernama Reza. Ia pungut kembali setangkai mawar merah itu. Diaz kecup mawar merah itu. Sebuah kelopak mawar yang jatuh membuat air mata Diaz untuk kesekian kalianya mengalir , kini hati Diaz hancur lebur dan jatuh bersama kelopak mawar itu. Ia peluk dan dekap erat tubuh Reza yang lemas itu. “ Apapun, aku relakan demi cintaku untukmu  ” sebuah kalimat yang hingga kini masih terngiang-ngiang di dalam pikiran Diaz. Sebuah kalimat yang tercantum dalam puisi yang telah Reza tuliskan untuk Diaz.  Tangisan penuh penyesalan yang hanya dapat ia perlihatkan untuk Reza. Air mata penuh dosa yang hanya bisa mengalir di depan jasad orang yang telah memberiak suci tulus cintanya, sebongkah pengorbanan untuknya dan kini semuanya telah berakhir bersama dengan kepergian Reza.


Note“Kelopak mawar yang telah jatuh selamanya tidak akan kembali lagi bersatu dengan badan mawarnya. Sama halnya dengan sebuah kisah cinta yang telah terukir manis dalam sebuah tulisan saya. Segala sesuatu yang telah kita sia-siakan selamanya tidak akan pernah kembali untuk kita peroleh kembali. “

Dini Rusnia Astari
X6 / 12



 ALWAYS REMEMBER : http://aakkuucintaindonesia.blogspot.com

1 comment: